Tamo adalah kata yang berarti sama namanya. Bila seorang bernama DUS dan ada lagi teman sejawat bernama DUS maka mereka berdua akan saling menyebut tamo. Yang membedakan nama Dus A dan Dus B adalah nama dibelakangnya. Setiap nama panggilan seorang akan dikaitkan dengan nama ibunya. Dus A beribu Sina maka disebut Dus Sina dan Dus B karena ibunya Pasu maka dipanggil Dus Pasu.
Nama-nama orang Nagekeo merupakan wakil atau representasi dari nama kerabat yang telah meninggal dunia. Dus Sina akan terus dihidupkan walau sudah meninggal dunia. Putera puterinya atau keponakan atau kerabat dekatnya ingin mempertahankan kenangan akan nama itu. Mereka menamai anak mereka Dus. Dan yang muncul adalah nama Dus yang dalam kesehariannya akan dikaitkan dengan nama ibunya. Andaikan saja nama generasi baru Dus ini beribu Wea maka akan dipanggil Dus Wea. Inilah cara orang Nagekeo memberi nama. Karena itu tidak heran untuk seorang Dus Sina akan menghadirkan Dus Dus lainnya yang bisa saja banyak. Anak anak dari Dus Sina atau cucu -cucu dari Dus Sina atau bahkan keponakan atau kerabat jauhnya yang menghormati akan memberi nama Dus pada anak mereka. Sebagai pembeda adalah nama ibu di belakangnya. Yang muncul adalah Dus Wea, Dus B hudhe, Dus Pasu . Kalau saja dua orang Dus dengan nama ibu sama, maka nama anak dikaitkan dengan nama ibu dan bapak sekaligus. Dengan itu orang segera membedakan Dus yang satu dengan Dus yang lain.
Dalam kaitan dengan memanggil nama sering orang mendengar orang memanggil Bapa atau Ema atau Ebu atau Amekae pada seorang anak kecil. Panggilan-panggilan ini berkaitan dengan posisi yang memanggil terhadap nama yang direpresentasikan. Misalnya kalau anak saya diberi nama Dus dan Dus adalah kakek saya, maka sebagai bukti hormat saya pada sang kakek, seorang anak bayi atau seorang yang bernama Dus akan saya panggil Ebu. Maka sering di dengar Ame Ebu ( Laki) atau Ine Ebu (prempuan)...
nama ibu = nama lahir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar