WELCOME TO MY LIFE

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA,SEMOGA ANDA TEMUKAN YANG ANDA CARI,SAYA TIDAK BERMAKSUD MENGGURUI, MENUNTUN ATAU MERUBAH.. HNY INGIN BERBAGI, MENGGORES WARNA, MENGHAPUS LUKA..
Tampilkan postingan dengan label KAMPUNG HALAMAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KAMPUNG HALAMAN. Tampilkan semua postingan

4 Okt 2014

SUKU LAPE (mbay_nagekeo)


WILAYAH TANAH LAPE

Orang Lape mengakui batas tanah mereka  sebelah timur  Ulu tana li, lange Toto (di tanah li berbatasan dengan Toto) dan   di bagian barat eko kela ngeta  lange Bare, berbatasan dengan Bare.  Sebelah selatan logo be’I keli di Amegelu (gunung Lambo) dan ujung utara a’I  deli mesi (sampai ke bibir pantai )laut Flores.  


ASAL USUL ORANG LAPE                                                    
Tidak ada  catatan yang pasti.Tetapi orang Lape mewariskan cerita turun temurun  Hitungan bisa diperkirakan dari masa tegaknya peo. Dengan adanya 7 (tujuh) kali mendirikan Peo, maka  diperkirakan orang Lape sudah menghuni tempat ini sekitar 500 tahun. Menurut cerita turun temurun orang Lape berasal dari Tiwu Lewu,  satu daerah  di wilayah Lio Utara  yang berubah menjadi danau (tiwu)  akibat banjir bandang  yang melanda sampai menenggelamkan rumah-rumah penduduk.  Tujuh keluarga besar melarikan diri, mengungsi ke arah barat.Mereka pertama kali menetap di  Malasera, , bukit sebelah timur gereja Dangadekat lokasi Perumahan jabatan sekarang.
Orang Lape kemudian pindah ke tempat yang lebih tinggi.  Perpindahan itu berawal dari sebuah peristiwa alam.  Dari kejauhan ada yang melihat air mengucur dari atas sangat banyak. Ada yang menyangka seperti air terjun.  Mereka akhirnya bergerak kesana. Ternyata yang menjadi sumber air adalah tetesan air  dari mayang pohon lontar. Mereka kemudian membangun pemukiman sederhana di  dekat sebuah rumpun bamboo aur (guru pire).
Suatu ketika  seekor ayam jantan piaraan mereka berlari ke suatu tempat dan hinggap  di atas pohon waru. Ayam itu terus bertengger di sana dan mengeluarkan suara kokok yang  aneh seolah-olah mengatakan ‘mai dia’ (mari kesini).  Suara kokok berulang-ulang ini ditafsrikan sebagai penggilan bagi orang Lape untuk bergerak dan pindah. Dan kemudian mereka menemukan tempat tersebut sangat ideal sebagai lokasi aman untuk kampung.  Lokasi ini dirasa aman karena berada di tempat yang tinggi dengan sedikit bertebing sebelah timur. Inilah lokasi kampung Lape tempat mereka menetap  sampai sekarang.
Ketujuh keluarga besar itu akhirnya menetap di kampung Ola Lape, yang mereka sebut juga Ola Waja. Sebuah kampung yang tidak sekedar tempat tinggal, tetapi juga memiliki daya magis mempersatukan  ketujuh keluarga  besar itu.
Tujuh suku Lape adalah:
1.      Suku Ko dengan kepala soma Laga Tawa
2.      Suku Naka Nawe dengan kepala soma Jo Pobo
3.      Suku RogaWawo dengan kepala soma Goa Wonga
4.      Suku Roga Au dengan kepala soma Ru Wona
5.      Suku Nakazale dengan kepala soma  Wawo Buu Tawa
6.      Suku Woe Renge dengan kepala soma Hanoy
7.      Suku Naka Zale Au dengan kepala soma Ala Wula
Ketujuh suku ini dipersatukan dengan membangun Peo.  Dalam sejarahnya suku Lape telah mendirikan 7 (tujuh) Peo.  Dalam menjalankan aktivitas besar orang Lape selalu bersandar pada leluhur mereka. Mereka selalu berdoa dan minta petunjuk pada leluhur mereka. Terutama dalam membangun Peo. Peo dibangun selalu berdasarkan petunjuk leluhur yang dihadirkan dalam mimpi. Orang Lape memberi nama peo setiap kali mereka dirikan.
Nama Peo dan nama warga yang mendapat petunjuk untuk mendirikan peo sebagai berikut:
1.        Peo LILA ULU atasdasarpetunjukmimpi kepada Ebu SabuTawa
2.       Peo  WOY  TEY atas dasar petunjuk mimpi kepada Ebu PukuTey
3.       Peo WANGA WEA atas dasar petunjuk mimpi kepada Ebu Sera  Tey
4.       Peo  NAGO NUA atas dasar petunjuk mimpi kepada Ebu Busu Lama
5.       Peo PANGO MAU atas dasar petunjuk mimpi kepada Ebu Sawu Gamo
6.       Peo  WONGA WULA atas dasar petunjuk mimpi kepada Ebu Kota Lama
7.       Peo  SUPI LAPE  atas dasar petunjuk mimpi kepada Ebu Papu Bara

Tentang MosaLaki (Nagekeo)


Mosalaki (mosadaki) itu adalah gelar yang diberikan pada seorang lelaki di Nagekeo, tapi tidak semua orang laki-laki disebut mosadaki. Mosadaki (mosalaki)  berasal dari kata mosa (jantan dan besar) dan daki atau laki (jenis kelamin laki). Seorang mosadaki sesungguh memiliki sifat kejantanan itu. Seorang mosadaki memiliki keberanian dan kesatriaan.  Dia harus mampu membela dan melindungi. Karena itu dalam berbagai urusan adat terutama pada saat menghadapi masalah, seorang mosadaki berada di depan dan menjadi seorang organisator dan pemimpin kelompoknya.

Mosa tana laki watu
Mosalaki selalu dikaitkan dengan tanah dan kepemilikannya. Ketokohan mosalaki karena statusnya sebagai pemilik tanah atau tuan tanah. Karena itu mosalaki disebut mosa tana laki watu.  Sebagai pemilik maka mosalaki memiliki otoritas dalam urusan adat dan urusan tanah.Dilihat dari sisi ini maka mosalaki sesungguhnya dilahirkan. Seorang menjadi mosalaki karena berasal dari turunan mosalaki, seorang pemilik tanah.  Dia adalah putera seorang mosalaki. Mosalaki adalah putera pilihan, bukan hanya karena seorang anak mosalaki.  Putera seorang tuan tanah atau mosalaki belum tentu menyandang panggilan mosalaki. Karena seorang mosalaki memiliki kriteria atau atribut lebih.  Memiliki jiwa yang satria dan jiwa kepemimpinan (waka nga).

Ine tana ame watu:
Mosalaki  sebagai pemilik utama tanah disebut juga dengan ine tana ame watu. Mosalaki kelas ini adalah putera turunan langsung dari pemilik sebuah wilayah atau yang disebut pula sebagai ta ngala ngga’e (pemilik) atau ta ngala tanah watu (pemilik tanah).

Ine ku ame lema:
Dalam skala yang lebih kecil ada penguasa sebahagian tanah garapan (ku lema).  Pada masa lalu tanah-tanah masih kosong. Siapa saja dalam suku yang mengolah tanah diakui sebagai pemilik lahan (ku lema).  Pemilik lahan dalam skala kecil disebut ine ku ame lema. Karena meraka masih dalam garis keturunan pemilik tanah maka kewenangan dan kepemilikannya diakui sebgai tuan tanah dalam skala yang terbatas. Mereka tetap tunduk pada Ine tana ame watu.  Pengakuan ku lema (lahan olahan) berdasarkan pada kondisi lahan yang sudah penuh dengan tanaman ekonomis berupa tanaman kelapa  (nio) dan pinang (eu). Orang Keo selalu menanam pohon-pohon tanaman jangka panjang bernilai ekonomis ini pada pinggir-pinggir batas tanah olahan.  Pengakuan kepemilikan atas lahan olahan berdasarkan kondisi nio tiko eu tako (daun pohon kelapa dan pinang saling bersambungan di sekitar lahan).

Tuka babho
Seorang mosalaki harus mampu memimpin dan mempengaruhi orang lain. Seorang mosalaki harus memiliki kemampuan menjadi tuka mbabho (juru runding). Sebagai juru runding (tuka mbabho) seorang mosalaki harus memiliki kemampuan untuk mendengar, menganalisa serta mencari kesimpulan untuk mencari solusi.

Tuka mere kambu kapa
Karena itu seorang mosalaki harus memiliki tuka mere kabu kapa. Tuka mere kabu kapa adalah sebuah istilah yang menjelaskan sifat seorang mosadaki harus sabar dan memiliki daya tahan. Dia harus memiliki tuka mere (perut besar) untuk mampu menerima masukan  dan kambu kapa (lilitan lemak tebal) agar siap menampung dan menahan segala emosi. Semua ucapan dan tindakan seorang mosadaki harus memiliki dasar yang jelas dan melewati pertimbangan yang matang.

Mosa tuka tiba laki mata laci
Seorang mosadaki adalah seorang juru runding yang bijaksana dan adil. Seorang mosalaki adalah mosa tuka timba daki mata daci. Dia harus mampu menimbang secara benar dan seimbang (adil) seperti pertemuan dua mata timbangan. Setiap keputusan mosadaki harus tidak memihak. Harus memperlihatkan dan mendahulukan keadilan.

Mosalaki pongga rore mosalaki
Seorang mosalaki bukan sekedar pemimpin, tetapi juga seorang yang punya semangat berkorban. Masyarakat tidak menghargai mosa tungga ko’o punu (mosadaki yang hanya tahu bicara), karena mosadaki harus mosa ne’e odo tau (mosa dalam tindakan).  Masyarakat menilai mosadaki yang hanya tahu bicara tetapi tidak pernah berbuat sebagai mosa ka daki pesa (mosadaki yang hanya tahu makan atau menikmati).

Mosa nua laki ola
Mosalaki sebagai tan ngala mbu’u atau ta ngala tana watu (tuan tanah) dia menjadi mosa nua laki ola (pemuka dalam kampung). Mosa nua laki oda bukan tunggal tetapi semua orang-orang terpandang karena keturunan dan kepemilikan atas lahan serta pengaruh karena charisma-kharsima istimewa. Mereka ini yang memiliki hak suara dan pengambil keputusan dalam urusan adat serta tanah.

Mosa ulu mere eko lewa

(adapun kesalahan penulisan dalam bahasa daerah (bahasa adat) mohon dikoreksi bersama.. segala tambahan mengenai adat istiadat Negekeo sangat diharga dan diterima... terima kasai)

molo............

Kain Tenun Nagekeo (Luka Bay)


Di Nagekeo berkembang dua macam proses tenun. Proses pete (ikat) dan proses wo’i (sulaman). Pete dan wo’i adalah cara membuat pola pada bahan tenun. Luka bay (ragi bay) sebutan kain adat dimaupongo..
Ketika belum ada zat pewarna kimia, orang kampung menggunakan tanam perdu yang disebut tarum (talu dalam bahasa Mau) atau taru dalam bahasa Ende. Tarum menghasilkan warna biru. Caranya mudah saja. Daun-daun tarum (talu/taru) bersama tangkai-tangkai kecil direndam beberapa hari dalam wadah.Wadah terbuat dari tanah liat berbentuk periuk tetapi dengan bukaan yang lebar. Karena itu bila tidak ada, orang menggunakan periuk tanah yang di pecah bagian atas. Bukaannya harus lebar untuk leluasa memasukkan material yang yang akan diwarnai. Benang yang telah diikat sesuai dengan pola yang dinginkan kemudian direndam minimal 2 hari dalam periuk berisis tarum.



Untuk memperoduksi larutan pewarna  butuh waktu  beberapa hari bahkan sampai satu minggu.  Daun-daun tarum direndam dalam air  kemudian membusuk dan mengeluarkan warna yang gelap (indigo blue).  Warna hitam kebiruan, berwana biru tua (deep blue) akan menyerap pada benang-benang ini.  Setelah benang diangkat dan dijemur sampai kering kemudian ikatan-ikatan pola dilepaskan. Maka akan kelihatan warna putih pada bekas ikatan. Bila ingin diberi warna kuning maka benang sekali lagi dicelup pada warna yang dinginkan.


Saya sendiri belum pernah menyaksikan bagaimana warna hitam dihasilkan oleh para penenun tradisional di wilayah Boawae. Di wilayah ini dikenal dengan hoba nage, atau orang pantai menyebutnya dawo pote. Ciri bahwa kain itu masih baru dengan adanya ujung benang lusi dibarkan terurai dan di pilin. Di pesisir selatan di wilayah Maubare, Daja, Mauromba dan Maundai semua mencelup benang dalam larutan tarum.  Bau rendaman tarum mengeluarkan bau basi, yang lumayan bisa bikin mabuk bagi yang tidak biasa.  Kalau tarum untuk warna hitam atau biru, maka warna terang yaitu warna kuning diperoleh dari kembo atau kaju kune. Kembo atau kaju kune adalah pohon mengkudu.  Dan yang digunakan adalah akar pohonnya dan terkadang dahan atau batang pohonnya. Kayu-kayunya di dibelah dan dipotong kecil kemudian direbus dan  direndam bersama benang.Hasilnya   warna kuning kemerahan atau jingga.


Keterbatasan mendapatkan zat warna ini yang membuat semua hasil tenun Nagekeo  selalu berwarna hitam dan kuning saja.  Itulah zat warna yang ada dan  biasa dipakai. Karena berlangsung puluhan tahun, maka dianggap sebagai ciri khas tradisi seni tenun.Tenun ikat pantai selatan disebut dawo ende. Ini merujuk asal dari kebiasaan ikat dan pewarnaan benang serta tenun. Ini tenun khas berasal dari Ende. Dan tenun ikat untuk dawo ende ini hanya ibu-ibu yang beragama Islam. Tenun woi tradisi asli orang Nagekeo.
Kami mengadakan pendekatan dengan penenun di Maundai untuk coba mengembangkan tenun ikat. “Repot sekali” demikian katanya. Proses tenun ikat memang jauh lebih rumit. Karena benang lusi harus dibuat pola dengan mengikat kemudian dicelup dalam larutan pewarna.   Tetapi tenun ikat bisa lebih luwes dalam mengaplikasi pola. Karena itu tidak heran   bila di Daja, Mauromba dan Maundai tidak pernah lagi tercium aroma  endapan  tarum. Dan tentu tidak ada lagi orang yang menenun dawo ende. Semuanya didatangkan dari luar Nagekeo. Tidak ada yang melihat ini sebagai peluang usaha. Ibu-ibu di pantai selatan lebih banyak mengenakan dawo ende, tetapi semuanya berasal dari kabupaten Ende. Pemerintah daerah harus punya kiat sendiri untuk menghidupkan kembali kerajinan tenun ikat (pete senda) di wilayah kabupaten Nagekeo, khususnya di wilayah Keo Tengah (Daja, Mauromba dan Maundai serta Maunori) dan  Nagaroro ( Maunura, Maubare, Tonggo, Pombo). Ini juga salah satu cara mengurangi ketergantungan suplai  kain sarung dawo ende dari Ende dan Pulo.

27 Jun 2012

SAAT JAUH


KETIKA TERPISAH JARAK YG JAU…
BUKAN SITUASI YG KU MAU…
ENTAH SAMPE KAPAN KU TAK TAU..…

RINDU YG KURASAKAN TAK TERTAHANKAN…
SULIT BISA DIREDAKAN…
KATA-KATA TAK BISA UNTUK UNGKAPKAN..
KENANGAN INDAH SULIT TUK KU LUPAKAN…

MEMORI TERLIHAT DENGAN MATA KU..
KU UMBAR LEWAT KATA-KATA KU…
KESEDIHANKU JD RATAPANKU..
HARAPANKU PUN ARAHKAN KU..

TETAP BERDOA UNTUK KEMBALI..
KE TEMPAT YG KU KENALI..
PUNUH KENDALI KU BERLARI..
SAMBUT HANGAT SINAR MENTARI..
 --------------------------------------------------------------------------------------------
APA BILA KAU JAUH TERPISAH..
KADANG TERASA SANGAT GELISAH..
MEMORI HAMPIR TAK BERSISA..
MENGINGAT PUN HAMPIR TAK BISA..

AKAN RUPA TERCIPTA KEKASIH JELITA..
KELUARGA, SAHABAT, KERABAT  KITA…
KADANG TAK SENGAJA KITA MEMINTA..
BERADA BERSAMA YG KITA CINTA..

RINDU KAMPUNG HALAMAN MU..
RINDU KUMPUL DENGAN TEMAN MU..
RINDU KOTA DESA RUMAH MU..
RINDU AYAH IBU, PAPA MAMA MU…
RINDU PADA KAKAK ADIK MU..
RINDU PADA MEREKA HATI MU..

INGIN KEMBALI ITU YG KAU MAU..
TAPI KAU TAU KAU BEGITU JAU….

WALAU KAU JAUH KAU BGT DEKAT…
WALAU RASA RINDU SEMAKIN PEKAT..
KENANGANMU KAN SELALU LAKAT..
BERDOA BAGI MU KU BERTEKAT..

UNTUK BISA MELIHATMU KEMBALI SUATU HARI NANTI..
KETIKA BERGANTI SENANG DALAM HATI..
TANGIS KESEDIHAN MENJADI TANGIS GEMBIRA..
LUAPAN BAHAGIA YG TAK TERKIRA..

1 Jan 2012

TERIMA KASIH dlm BAHASA DAERAH MAUPONGGO

Terima Kasih…. Kata terima kasih atau thanks (Inggris), Grazie (Italia), bedankt (Belanda) dank (Jerman) kamza (Korea) Salamat (Philipina) oleh orang Sikka (Maumere) mengatakan epang gawang. Lalu apa kata orang mauponggo? Kepada seorang teman orang Manggarai melalui pesan singkat telepon saya tanya:”Kraeng, apa kata “terima kasih” dalam bahasa Manggarai? Katanya bahwa tidak ada kata itu. Mungkin karena orang Manggarai jarang bisa berterima kasih, katanya. Ternyata orang Manggarai tidak sendirian. sy sbgi orng mauponggo mengatakan ‘simo pati’ sebagai pengganti kata terima kasih. Murni coba menterjemahkan dua kata terima
(simo) dan kasih atau memberi (pati). Sebuah ide yang tentu patut dihargai. Kata terima kasih dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah sangat populer, terserap dan diterima serta digunakan di seluruh Nusantara. Orang mauponggo boleh saja bercakap-cakap dalam bahasa daerah tetapi ketika sampai pada mengungkapkan rasa syukur ini dia akan serta merta mengatakan terima kasih. Karena itu sering kita dengar:” ngao terima kasi woso/sewe nee miu.” Atau “ngao utu ria nee miu” atau dia bilang ” molo”(baik). Menterjemahkan kata dari satu bahasa kedalam bahasa yang lain berarti kita mencari kata yang biasa digunakan dalam satu bahasa dalam percakapan harian. Lalu yang paling biasa dalam percakapan orang mauponggo kata apa untuk menyatakan terima kasih? Orang mauponggo mengungkapkan rasa terima kasih dengan mengatakan: “ ngao utu ria nee miu.” Ungkapan ini juga sekedar menyatakan saya bersyukur ada kamu atau bersyukur atas apa yang diterima. Mungkin ada teman-teman yang ingin memberi masukan selain simo-pati dan utu-ria untuk mendapat padanan kata terima kasih dalam bahasa mauponggo atau umumnya Nagekeo. Seperti kata terima kasih terserap dan diterima dalam bahasa mauponggo, mungkin kata yang anda usulkan kemudian dipopulerkan bisa saja diterima dan terserap dalam bahasa Nagekeo. Molo, sama ke....

16 Jun 2011

BOLOROGA - MAUPONGGO KAMPUNG HALAMANKU

Kampung halaman adalah bingkai kenangan dan harapan yang tak pernah usang..
Selalu kuat menahan erat gambar rangkaian perjalanan kehidupan.

Saat jauh pun hati kan kembali ke sana. Seolah telah terpikat dan tak bisa melompat memudar
hasrat.

Diantara kota-kota yang telah menjadi saksi perjalanan kisah, kampung halaman kan tetap
ramah untuk menumpahkan
kerinduan dengan indah..
Meski hanya sesekali saja ditengok, tapi
kampung halaman tak kan merengek. Dia tetap menanti kita
kembali, tuk diinjak meski hanya
berpuluh hentakkan kaki.

Maka alangkah bijak jika buah kesuksesan tak hanya dinikmati
dan dihabiskan di kota yang penuh hingar bahkan
kecongkakkan mesin, biar ada yang terpatri di desa nan asri..

Jadi sesekali berlarilah tanpa alas
kaki di panjang membentang
pematang sawah. Tersenyumlah
pada awan biru yang terhiasi kepakan sayap merpati, nuri dan sejenisnya.

Bukankah kedamaian
ada di sini, dihati yang berbisik
mesra pada hembusan angin,
“Tuhan betapa indah dunia-Mu.” Lalu rasa lelah pun dibasuh,
dengan air jernih yang masih tersisa. Di sana, di kampung halaman...


entah kenapa tiba2 jadi ingat kampung, seperti saat ini corat coret di blog melepaskan smua isi otak ku saat ini.. Pikiran melayang kemana-mana dan mendarat di kampung halamanku, boloroga mauponggo tercinta.. ingat semua yang disana, sejanak ku merindu ah Tuhan yg tau..

mengunjungi kampung halamanku itu menjadi sebuah kenikmatan tiada tara.
Bayangkanlah. Kampung ini yang airnya jernih bukan kepalang. Dinginnya jangan tanya. Aku tak pernah bisa mandi kecuali jarum jam sudah menunjuk angka 11 siang. Saking dinginnya, di permukaan
air terlihat kabut yang mengapung-apung hingga tengah hari..
Hmm.. Ada kah yang mau ikut? Atau ada yang mau mengajak aku kesana.. Wah wah wah kedengarannya menyenangkan.. Di ajak oleh gadis-gadis flores adalah kebahagian yang luar biasa... Hay ladies tunjuk pesona mu..
Jng trus bersembunyi..
jangan-jangan kau seorang pencuri.. wkwkwk
kau tlah mencuri hati ku.. Haha
udah dulu ya, kayanya makin lam ini, mencoba merangsang hati agar tetap jos..hehe bukan iklan ya... Udah dulu ya (brugs.. Dari tadi udah melulu kapan udahannya) tenang2 kali ini saya serius, mau beralih ke fbuk, udah banyak cment tu.. See u..

3 Apr 2011

MAUPONGGO It'S MY CITY

it's freestyle.....
with my style.....

kecamatan kecil tapi bahagia.....
dengan keramahan warga yg melagenda....

gunung EBULOBO menjadi daya tarik........
sawah ladang membuatnya semakin menarik..........

dengan pendiri yg bgt gagahnya...
PEO berdiri dengan kokohnya....

kau dapat memuaskan diri disana...
di pantai ENA tercinta...
wisata budaya yg mempesona...
mempelajari instrumen unik IKI MEA didalamnya...
menjadi bekal ilmu tuk selamanya.....

jika kau mempelajari semakin jauh melesat....
semakin terlihat...
akan melekat..
selalu teringat...

prinsip moto tak tertandingi...
semangat maju yg tak terhalangi...
kilaunya semakin membumi...
pantas tuk di kagumi....

dengan berlandas semangat dan perjuangan...
kita siap majuuuuuuuuu kedepan......... (bersambung....)

9 Mar 2011

Ikatan Mahasiswa Mauponggo (IMMAGO) COMMUNITY (KAU DAN AKU SAMA 1 RASA)

hay boy n girl come on.. (with my style)

Saat ini IMMAGO kembali..
Takan berhenti tetap beraksi..
Berkumpul bersama pejuang sejati..
Bersama berjuang jangan berhenti..

Serangkai kata, 'KEKOMPAKAN' itu jalan utama...
Perdamain itu tujuan
bersama...

In my style IMMAGO slalu di hati..
Tekat kuat tajam bagai belati..

Inovation, acctivition melaju bebas...
Halang rintangan kita bablas..

Jng biarkan org berpikir negatif...
Kita semua beda tp positif..

Lakukan gebrakan lakukan pergerakan..
Krn disini persatuan di lahirkan..

Jabat tangan semua yg suport kita..
Karna mereka kita bisa..

Bersama IMMAGO community..
Berbekal akal dan mental kita berdiri..
Melangkah bebas tp pasti..
Agar IMMAGO sll berarti..
Tetap ada dlm hati..

Takan mudah bila tak
bersama..
To'o jogho wagha sama..
Tak ada hasil bila tak
berusaha..

Kerja keras, aktivitas tak terbatas..
IMMAGO kibarkan bendera diatas..
Jangan letih kaki melangkah berjalan..
Untuk IMMAGO masa depan..

Introspeksi untuk temukan jati diri..
Hilangkan keegoisan karna kita1 hati...

"kau dan aku sama satu rasa".. With my style..

17 Des 2010

OM JOS HARI INI

hmmm.. Hari ini kira'in bangunya kepagian trnyata hari mendung, yah.. On bisa pi mana-mana.. Ya sudah lah..(pasrah mode on).
Hari ini ngambil keputusan buat ngenet,browsing, fasbukan, twiteran, seperti saat ini corat coret di blog melepaskan smua isi otak ku saat ini.. Pikiran melayang kemana-mana dan mendarat di kampung halamanku, boloroga mauponggo tercinta.. ingat semua yang disana, sejanak ku merindu ah Tuhan yg tau..
mengunjungi
kampung halamanku itu menjadi
sebuah kenikmatan tiada tara.
Bayangkanlah. Kampung ini
yang airnya jernih
bukan kepalang. Dinginnya jangan tanya. Aku tak pernah
bisa mandi kecuali jarum jam sudah menunjuk angka 11 siang. Saking dinginnya, di permukaan
air terlihat kabut yang
mengapung-apung hingga tengah hari..
Hmm.. Ada kah yang mau ikut? Atau ada yang mau mengajak aku kesana.. Wah wah wah kedengarannya menyenangkan.. Di ajak oleh gadis-gadis flores adalah kebahagian yang luar biasa... Hay ladies tunjuk pesona mu.. Jng trus bersembunyi jangan-jangan kau seorang pencuri wkwkwk kau tlah mencuri hati ku.. Haha udah dulu ya, kayanya makin lama makin gak nyambung.. Yah tapi itu lah aku di pagi yang mendung ini, mencoba merangsang hati agar tetap jos..hehe bukan iklan ya... Udah dulu ya (brugs.. Dari tadi udah melulu kapan udahannya) tenang2 kali ini saya serius, mau beralih ke fbuk, udah banyak cment tu.. See u..

Pages

Template by : kendhin x-template.blogspot.com