orang Ma'u biasa menyebutnya SEPU TEDA..
Sepu teda artinya ujung tenda. Pada masa
dulu rumah adat orang Nagekeo dibangun dengan tenda (balai) bertingkat
3(tiga). Tenda wena(tenda sepu), tenda wawo dan reta todo (one sao).
Tenda wena atau tenda sepu adalah tingkat tenda paling bawah, yang
digunakan untuk duduk-duduk sambil merokok. Tamu untuk waktu pendek
diterima di tenda wena. Sekedar merokok dan terkadang minum kopi. Pada
salah satu ujung tenda wena (tenda sepu) biasa digunakan untuk
menempatkan kayu bakar atau pakan ternak seperti batang pisang. Tenda
wawo biasa untuk tamu yang terhormat, atau tamu yang bakal duduk agak
lama dan berbicara serius. Di tempat ini selain merokok, minum kopi,
biasa disusul dengan makan bersama.
Tenda wena (tenda bawah) atau tenda sepu
memilik ujung yang disebut sepu tenda. Fungsi sosial sepu tenda hanya
digunakan untuk mengaso sementara. Ini adalah tempat menyapa orang
lewat dan juga tempat singgah sesaat bagi orang yang disapa. Fungsi
lain adalah untuk tempat menyiapkan makanan babi. Batang pisang yang
telah dipanen buahnya biasa ditempatkan pada ujung tenda wena (tenda
bawah). Ada kalanya tenda wena (tenda bawah) juga dijadikan tempat
menaruh ikatan kayu bakar sebelum ditempatkan di pinggir dapur (onggi).
Dapur orang Nagekeo biasa pada tenda wawo, juga bisa pada one sao.
Dapur selain sebagai tempat memasak makanan, juga dijadikan sumber
pemanas pada musim dingin. Orang berdiang (niru) di dekat perapian.
Ana sepu tenda (anak di ujung balai)
sebuah ungkapan negatif yang berarti seorang anak hasil hubungan lelaki
yang lewat di depan tenda (balai). Ana sepu tenda juga disebut ana kombe
mere (malam gulita). Ana kombe mere berarti anak hasil hubungan gelap.
Anak hasil hubungan dengan lelaki yang mendatangi rumah pada malam hari
tanpa ketahuan. Anak kombe mere adalah anak haram, hasil hubungan gelap.
Dalam budaya Nagekeo, ana sepu tenda mau pun ana kombe mere diakui
keberadaan, karena rata-rata seorang ibu hamil diminta dan harus
mengakui siapa ayah sang jabang bayi. Ana kombe mere atau ana sepu tenda
ini umumnya tetap tinggal bersama ibu dan kakek neneknya. Bila
beruntung sang anak diakui keberadaannya oleh ayahnya. Bila tidak sang
ana kombe mere tetap mengikuti ibu dan ayah non biologisnya. Sang ana
kombe mere ini sering dipandang miring oleh masyarakat.
Masyarakat Nagekeo sangat toleran dan
menjaga perasaan sesamanya. Ana kombe mere juga diperlakukan layak,
kecuali apabila sikap anak hubungan gelap ini berulah yang menyakitkan.
Maka akan dibilang dasar ana sepu tenda atau dasar ana kombe mere.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar