Hanya sebuah sikap diam dan
keheningan yang lebih saya pilih..
Diam menunggu sang waktu
memberi sebuah moment.
Diam untuk mencatat segala yang
terjadi.
Diam untuk memberi kesempatan
otak kembali dalam keadaan
normal.
Diam untuk mencari sebuah jalan
keluar yang mustahil.
Diam untuk berkaca pada diri
sendiri dan bertanya “apakah aku
cukup pantas?
Diam untuk menimbang sebuah
konsekuensi dari rasa yang harus
dipendam.
Diam dan dalam diam kadang
semuanya tetap menjadi tak
terarah..
Dan dalam diam itu pula, saya
menjadi gila karena sebuah rasa
dan pesona tetap mengalir..
Sayangnya, dalam keheningan dan
diam yang saya rasakan,
lebih banyak rasa galau daripada
sebuah usaha untuk
mengembalikan pola pikir yang
lebih logis.
Galau ketika mata terus meronta
untuk sebuah sekelibat
pandangan.
Galau ketika mulut harus terkatup
rapat meski sebuah kesempatan
sedikit terbuka.
Galau ketika mencintai menjadi
sebuah pilihan yang menyakitkan
Galau ketika mencintai hanya akan
menambah beban hidup
Galau ketika menyadari bahwa
segalanya tidak akan pernah
terjadi
Galau ketika tanpa disadari
harapan terlanjur membumbung
tinggi
Galau ketika semua bahasa tubuh
seperti digerakan untuk bertindak
bodoh.
Apakah mencintai seseorang
senantiasa membuat orang
bodoh? Tentu tidak.
Namun itu pula yang saya rasakan
selama INI..
Dalam kelelahan, diam dan
kegalauan yang saya rasakan
selama ini, ada rasa syukur atas
berkat dari Sang Hidup atas apa
yang saya alami.
Syukur ketika rasa pahit menjadi
bagian dari mencintai seseorang.
Syukur ketika berhasil memendam
semua rasa untuk tetap berada
pada zona diam.
Syukur untuk sebuah pikiran
abnormal namun tetap bertingkah
normal
Syukur ketika rasa galau
merajalela tak terbendung.
Syukur ketika rasa perih tak
terhingga datang menyapa.
Syukur karena tak ditemukannya
sebuah nyali untuk mengatakan
“ Aku mencintaimu"
Syukur ketika perasaan hancur
lebur menjadi bagian dari
mencintai.
Syukur ketika harus
menyembunyikan rasa sakit dan
cemburu dalam sebaris ucapan
“aku baik2 SJ" Syukur atas rahmat
hari yang berantakan akibat rasa
pedih yang teramat dalam.
Akhirnya, bagi saya, keputusan
untuk mencintai melalui sebaris
doa menjadi pilihan yang paling
pantas.
Setidaknya, mencintai secara tulus
melalui doa, dalam tradisi agama
yang saya anut, akan menjadi
lebih bermakna,
karena saya diteguhkan dus
menjadi berkat atas segala rasa
perih yang senantiasa ada didalam
diri.
Dalam doa, akhirnya, semuanya
kita kembalikan kepada Sang
Hidup..
Bahwa mencintai seseorang itu
seperti memanggul sebuah salib.
Bahwa terkadang akal dan
perasaan campur aduk tak tentu
arah.
Bahwa saya juga bukan manusia
super..
Bahwa saya juga tidak bisa
berlaku pintar sepanjang waktu,
setiap hari.
Bahwa saya juga punya
kebodohan yang kadang susah
untuk diterima akal sehat.
Bahwa dengan segala kekurangan
yang ada, saya berani mencintai..
Bahwa saya bersedia membayar
harga dari mencintai seseorang..
Bahwa saya bersedia
menanggung rasa sakit yang luar
biasa..
Bahwa saya mampu untuk tetap
hidup meski rasa perih terus
menjalar..
Bahwa saya masih memiliki rasa
takut akan kehilangan dalam
hidup..
Dan hari ini, dari semua
pembelajaran yang telah saya
terima,
Berkembang menjadi sebuah
bentuk KEPASRAHAN.
Sebuah Zona yang terbentuk
karena saya merasa tidak berdaya.
Dimana saya merasa tidak
memiliki kemampuan untuk
membuat segalanya menjadi
mungkin.
Dimana saya tidak berani untuk
membangun sebuah harapan
Dimana saya tidak berani untuk
mengatakan â⠂¬Å“Aku
mencintaimu, mari kita pastikan
segalanya, dan semuanya, hanya
untuk kita berdua sajaâ⠂¬Â
Dan ini adalah pilihan terakhir
yang saya miliki,
Mencintai dalam kepasrahan,
tanpa berharap dan tanpa
meminta.
Meski sangat susah dan hampir
mustahil bagi saya untuk tidak
mengingatnya.
Semoga saya bisa.
Dan hingga hari ini, saya masih
mencintainya
Saya sadar hal itu akan memberi
rasa perih yg teramat dalam
Karena bagi saya, lebih susah
untuk tidak mencintainya.
Saya sadar ini adalah sebuah salib
yang harus saya pikul.
Dalam perjalanan yang melelahkan,
dalam diam dan keheningan
Dan tentunya dalam sebuah
KEPASRAHAN yang teramat dalam.
2 komentar:
tulisan anda cukup membuat saya merasa bahwa saya tidak sendiri..saya yakin anda bisa memahaminya..terimaksih..saya suka sekali,,setidaknya saya masih merasa bahwa saya masih normal dan itu tidak memalukan..
Mencintai dalam kepasrahan,
tanpa berharap dan tanpa
meminta.
Meski sangat susah dan hampir
mustahil bagi saya untuk tidak
mengingatnya.
Semoga saya bisa.
Dan hingga hari ini, saya masih
mencintainya
Saya sadar hal itu akan memberi
rasa perih yg teramat dalam
Karena bagi saya, lebih susah
untuk tidak mencintainya.
I love y0w
Posting Komentar