aku ingin...
seperti angin...
begitu dingin..
dengan kata aku kecewa, dengan rasa aku terluka...
Kenyataan hanya perubahan, kebenaran jadi kebimbangan..
Kupandang diri: bahagia dan duka, benci dan cinta..
suci dan dosa. kesadaran kini bergerak perlahan...
mencoba memahami gerak pikiran..
berharap diri penuh tujuan..
kerikil tajam di jalan sepi..
atau malam menanti pagi...
Aku tak perduli apakah kau menyebutku pujangga,,,
penyair dng opsesi gila,, bagiku itu semua tak berharga...
yang kubutuhkan hanya spirit keheningan dari kelopak bunga..
yang akan menggerakkan diriku untuk menuliskan, manusia...
aku bisa sesatkan mu dng permainan kata,,,
sebab kupaham penjara yang paling ngeri adalah kata...
Keindahan dan kebenaran kini terbunuh dalam kata,
gila!, orang-orang pun saling membunuh karena kata...
saling menghina saling mencari cela..
saling menusuk dengan komentar saling membela..
Kini jangan cari bentuk-bentuk keindahan beku..
pada baris-baris puisiku,,, ya, kau telah lama tertipu.
Keindahan bukan soal manis-rumitnya kata...
Keindahan adalah hidup sebagai matahari dan samudra..
Kebenaran bukanlah sesuatu yang asing tiada terpahami...
Kebenaran bukanlah keindahan suci atau keagungan abadi...
Kebenaran adalah arus keindahan di sungai perubahan...
Kebenaran adalah ilalang keagungan di padang kehadiran...
hanya kedamaian yg dpt menghembus ke pusat keheningan,
di sungai waktu kini mengarus segala kepedihan...
Hai, diri, kemana musti labuhkan perahu pikiran?
"Hati yang sadar" inilah muara segala kepedihan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar